Content Post | Covid19.go.id

Indonesia Maksimalkan Upaya Hindari Puncak Ketiga

JAKARTA - Perkembangan pandemi COVID-19 di tingkat global sedang menghadapi gelombang ke-3 atau puncak ketiga pada September 2021. Puncak ketiga ini terjadi setelah dua puncak sebelumnya di tahun 2021 pada bulan Januari dan April. Saat ini puncak ketiga dunia perlahan kurva kasusnya mulai melambat. 

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito memaparkan perkembangan di beberapa negara dibandingkan Indonesia. Jika melihat pola Indonesia, puncak pertama sejajar dengan negara-negara lain pada Januari 2021. Namun, ketika dunia dan negara-negara lain mengalami puncak kedua pada April 2021, Indonesia masih mengalami penurunan kasus.

"Situasi COVID-19 di Indonesia terus membaik. Hal ini tercermin dari angka positif yang terus menurun dan juga jumlah testing dan tracing yang terus meningkat. Meski demikian, Pemerintah akan terus berupaya semaksimal mungkin untuk mengendalikannya," Wiku dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Kamis (16/9/2021) yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden. 

Melihat lebih dekat di beberapa negara di dunia, penyumbang terbesar jumlah kasus positif di dunia yaitu Amerika Serikat (AS). Negara ini  tengah mengalami puncak ketiga dan kurvanya sudah melambat. Pola di AS mirip dengan pola global, terutama pada Januari dan September 2021. Bedanya, puncak kedua April kasus global mengalami lonjakan, AS mengalami penurunan.

Berikutnya adalah Malaysia dan Jepang. Kedua negara ini memiliki pola yang mirip dengan pola kasus global. Saat ini kasus di Jepang mulai menurun, Malaysia masih berada di puncak gelombang ketiga. Yang cukup unik di India, yang mengalami lonjakan pertama pada September 2020, ketika negara-negara lain belum mencapai puncak pertama pada Januari 2021. 

Saat global mengalami lonjakan pertama, India mengalami penurunan kasus. Dan India mengalami lonjakan kedua pada April 2021 yang berkontribusi pada jumlah kasus tertinggi pada periode itu. Namun, puncak kedua ini menurun dan terus menunjukkan kurva datar selama 2,5 bulan berturut-turut. Sementara negara-negara lain di seluruh dunia mengalami peningkatan kasus.

Jika melihat perkembangan di Indonesia, puncak kedua pada Juli 2021. Negara lain dan dunia tidak mengalami hal yang sama. Apalagi pada September ini, saat kasus di Indonesia terus menurun, kasus dunia masih mengalami gelombang ke-3 atau puncak ketiga.

Selain itu, meskipun populasi Indonesia mirip dengan Amerika Serikat, Indonesia mengalami jumlah kasus positif harian yang jauh lebih kecil dan jumlah kasus per 1 juta penduduk. Bahkan, jumlah ini masih lebih kecil dari negara tetangga yang populasinya jauh lebih sedikit dari kita.

"Lonjakan kedua di Indonesia tidak diikuti lonjakan kasus dunia. Hal ini menunjukkan bahwa meski Indonesia mengalami peningkatan kasus yang signifikan, namun tidak cukup signifikan untuk berkontribusi terhadap peningkatan kasus global," lanjut Wiku. 

Hal yang baik ini dikarenakan  kasus di Indonesia segera ditangani. Sehingga pada kurva kasusnya menunjukkan kemiringan yang landai, tidak seperti negara lain yang mengalami lonjakan ketiga. "Perkembangan yang sangat baik ini patut kita apresiasi karena menunjukkan ketangguhan bangsa kita dalam menghadapi pandemi COVID-19," lanjutnya.

Untuk itu, dalam mempertahankan perkembangan baik ini, ada tugas utama yang harus dilakukan bersama, ialah mempertahankan kurva miring ini. Ada dua pelajaran yang harus diperhatikan. 

Pertama, kunci menjaga penurunan kasus ini adalah dengan serius menjaga protokol kesehatan sejalan dengan dibukanya kembali kegiatan sosial kemasyarakatan. Varian mutan seperti Delta memang terbukti lebih cepat dalam penularannya, namun perlu dicatat bahwa meskipun varian tersebut ditemukan di India pada Oktober 2020, kasusnya baru melonjak pada April 2021. Sama dengan Indonesia, di mana varian tersebut ditemukan pada Januari 2021 tetapi kasus baru melonjak pada bulan Juli. 

"Jelas bahwa lonjakan kasus terjadi bukan semata-mata akibat varian delta tetapi akibat aktivitas sosial masyarakat yang tidak sejalan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Jika kita mampu membatasi aktivitas sosial, dampak mutasi varian tidak akan menyebabkan lonjakan kasus yang signifikan," lanjut Wiku.

Kedua, dengan melihat pola lonjakan di Indonesia selama 3 bulan, dan dari lonjakan di dunia juga India, Malaysia dan Jepang, waspada dan tetap disiplin protokol kesehatan diharuskan agar Indonesia mengalami lonjakan ketiga dalam beberapa bulan ke depan.

"Kita bisa belajar dari India karena kasus-kasus di negara ini telah mendatar selama 2,5 bulan terakhir meskipun sebelumnya mengalami peningkatan yang signifikan," pungkas Wiku.

Jakarta, 16 September 2021

Tim Komunikasi Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional

[ISTA/ACU/VJY]

Bagikan

Info Penting