Ketahui: Hoaks dan misinformasi COVID-19 berdampak mengerikan | Covid19.go.id
Apa yang Harus Kamu Ketahui?
Ketahui: Hoaks dan misinformasi COVID-19 berdampak mengerikan

“DKI kembali Zona Merah, Bogor Zona Hitam”
“Motor Terbakar Di Yogyakarta Karena Hand Sanitizer”
“China Akui Dokter Palestina Penemu Vaksin Corona yang Terbukti Ampuh 100 Persen”.

Ini hanya tiga dari ratusan berita yang distempel hoaks oleh situs covid19.go.id. Masih banyak berita hoaks lain yang sudah dipatahkan.

Berita hoaks dan misinformasi terlihat sepele dan tanpa konsekuensi. Namun, sesungguhnya mereka tak boleh diacuhkan. Mereka dapat menyebabkan kebingungan, kecemasan, dan bahkan kematian.

Sejumlah negara melaporkan kasus-kasus orang minum bahan berbahaya yang disangka dapat melindungi diri dari virus corona. Mereka malah jatuh sakit dan beberapa meninggal.

Hampir setiap negara di dunia berjuang menghadapi informasi palsu dan berita hoaks atau yang disebut sebagai “Infodemic”.

COVID-19 menyebar ke seluruh dunia dengan sangat cepat. Sementara, pengetahuan ilmiah tentangnya tertinggal. Di saat para ahli masih terus mempelajari, orang-orang amoral memanfaatkan celah untuk menyebarkan hoaks.

Mengapa orang menyebar hoaks?

Di mana pun di dunia setiap kali ada krisis, hoaks dan misinformasi bermunculan. Karena penyakit baru, topik COVID-19 jadi lahan yang subur untuk tumbuhnya informasi palsu. Orang-orang amoral menyasar rasa takut dan emosi masyarakat.

Motif menyebar informasi palsu beragam, mulai dari motivasi politis, promosi diri, bahkan promosi usaha.

Namun, tak semua yang menyebarkan hoaks memiliki motif tersembunyi. Ada sebagian orang dengan maksud baik, tanpa sadar ikut menyebar informasi palsu. Mereka mengira berita itu akan membantu teman dan kerabat.

Sifat dasar manusia mudah mempercayai berita yang berasal dari sumber yang absah. Tetapi dengan teknologi siapa pun bisa dengan mudah membuat informasi seperti berita asli dengan memanipulasi foto, membuat dokumen yang terlihat resmi, mengedit video atau mengubah berita asli.

Berbagi tidak selalu berarti peduli

Media sosial atau aplikasi seperti WhatsApp Group memudahkan penyebaran hoaks dan misinformasi. Semua orang dapat menerima berita secara instan dan membaginya dalam hitungan satu dua detik.

Padahal, seperti dikemukakan para ahli, bila hoaks dan misinformasi diulang-ulang dan diperbesar, termasuk oleh orang-orang berpengaruh, kebenaran sesungguhnya akan tertutup. Pesan-pesan tentang COVID-19 atau saran-saran bagaimana melindungi diri selama Adaptasi Kebiasaan Baru bermanfaat untuk dibagi ke teman dan saudara. Tapi membagi informasi yang salah dapat mengakibatkan dampak serius dalam kehidupan seseorang.

TIPs untuk berbagi

  • Cek asal berita dan pastikan berita berasal dari sumber terpercaya. Ingat, meski suatu pesan sering dibagikan, belum tentu pesan itu benar.
  • Hati-hati dengan pesan yang diteruskan. Bila anda tidak yakin siapa yang menulis pesan aslinya, cek dua kali fakta-faktanya. Periksa secara daring fakta-fakta yang ditampilkan. Periksa situs berita dan situs pemerintah yang terpercaya untuk memastikan.
  • Pastikan anggota keluarga menyadari adanya hoaks dan ingatkan mereka tidak membaginya: beberapa orang masih tidak tahu foto bisa diedit, video bisa di-dubbing ulang, dan seterusnya. Jangan biarkan keluarga tercinta menjadi korban.
  • Bila suatu pesan menimbulkan emosi negatif, seperti ketakutan, rasa marah, kebingungan, dll., berhenti membacanya! Itu adalah tanda-tanda hoaks, yang didesain membuat orang bereaksi cepat tanpa berpikir. Lawan dan cek dulu.
  • Bila tidak meyakinkan, jangan dibagi ke orang lain. Membagi hoaks bukan berarti peduli tapi justru mencelakai orang lain. 


Tidak yakin dengan berita yang Anda dapatkan? Kemungkinan hoaks? Sampaikan berita tersebut ke +62 859-2160-0500!

Info Penting